Ketika
kubuka mataku, sejauh mataku memandang, ternyata dunia ini lebih indah
dari sekedar hitam dan putih. Di ujung pandangku ada garis cakrawala
yang membiru luas. Kulihat lagi sinar matahari yang kuning cerah, angin
yang bertiup, suara kicauan burung, gemercik air yang jatuh di antara
bebatuan. Indah, ketika aku melihat ke luar.
Tidak
hanya diriku sendiri. Aku melihat senyum seorang anak kecil yang
melambaikan tangannya untukku. Dan saat itu pertama kali aku bisa
tersenyum kembali. Lembutnya angin membelaiku. Kuhirup nafas
sedalam-dalamnya, lalu kuhembuskan pelan-pelan.
Aaah… Lega sekali rasanya. .
Seakan
semua beban pikiran dan bimbangku yang selama ini menekan kepalaku ikut
terbuang dalam hembusan nafasku. Aku berjalan lagi, lalu duduk di tepi
kolam taman itu. Kuraup sedikit airnya. Sejuk hatiku waktu menyentuhnya.
Seakan air itu membasuh semua lelahku. Kini benar-benar kusadari aku
telah membutakan mataku sendiri dan mengurung diriku sendiri dalam
sangkar emas keegoisanku. Aku telah buta terhadap dunia sekitarku. Dan
betapa terkejutnya aku ketika kusadari selama ini telah kubuang waktuku
sia-sia. Selama ini, hanya kupikirkan tentang diriku sendiri. Sementara
di sekitarku, banyak orang yang menantiku, banyak orang yang
mengharapkan senyumku, perhatianku, cintaku… Aku telah hidup untukku
sendiri. Seakan aku hidup seorang diri di dunia ini. Tanpa orang lain di
sampingku. Kusadar aku keliru. Kini aku mencoba melangkah lagi, namun
kali ini aku tak mau menunduk lagi. Aku akan berjalan tegap dan melihat
sekelilingku, sejauh mataku bisa memandangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar