KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan
mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-NYA, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penatalaksanaan Persiapan Pemeriksaan Penunjang” IKD VI (Ikatan Keperawatan dasar VI) studi S1 Keperawatan.
Dalam
penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca.
Dan
pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
dan teman- teman yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini
sehingga selesai tepat pada waktu nya.
Demikianlah
makalah ini kami tulis semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, akhir kata kami
ucapkan terima kasih.
Assalamualaikum Wr.Wb.
Mataram, 19 Maret 2013
RAHMAD RAMADAN RIZKY
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................................
1.1 Latar
Belakang........................................................................................ .....................
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................................
1.3 Pembatasan
Masalah......................................................................................................
1.4 Metode Penulisan...........................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................................
2.1 Pengertian Spesimen.......................................................................................................
2.2 jenis dan tujuan
pengambilan spesimen..........................................................................
2.3 hal yang harus diperhatikan
dalam pengambilan spesimen............................................
2.4 persiapan pengambilan
spesimen....................................................................................
2.5 teknik pengambilan dan
pengiriman spesimen...............................................................
2.6 komplikasi pengambilan spesimen
dan cara mencegahnya............................................
2.7 nilai - nilai laboratorium normal.....................................................................................
BAB III : PENUTUP ..........................................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................
3.2 Saran
..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari
tindakan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat
melakukanfungsi kolaboratif dalm memberikan tindakan.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
1.
Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.
2.
Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample.
3.
Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.
Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara
petugas, pasien dan dokter.
Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
1.
Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2.
Persiapan penderita.
3.
Persiapan alat yang akan dipakai.
4.
Cara pengambilan sample.
5.
Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.
1.2 Tujuan
Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi
tentang klien, penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan kemampuan dalam
penyusunan dan penyajian laporan sesuai dengan pengalaman nyata dilapangan
serta melaksanakan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien.
1.2.2. Tujuan Khusus
o Mahasiswa
mampu memahami penatalaksanaan
persiapan pemeriksaan penunjang.
o Mahasiswa
mampu mendokumentasikan hasil pemeriksaan laboratorium pada pemeriksaan
spesimen.
o Mahasiswa
mampu mengindentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori dengan
pelaksanaan pemeriksaan dan pendokumentasian penatalaksanaan persiapan pemeriksaan
penunjang.
1.3 Pembatasan masalah
Pada
laporan ini hanya membahas tentang pengertian
spesimen, jenis dan tujuan pengambilan spesimen, hal yang harus
diperhatikan dalam pengambilan spesimen, persiapan pengambilan spesimen, tehnik
pengambilan dan pengiriman spesimen, komplikasi, dan nilai-nilai laboratorium
normal.
1.4 metode
penulisan
Makalah
yang kami buat menggunakan metode penulisan deskriptif, yang menggambarkan
penatalaksanaan persiapan pemeriksaan penunjang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Spesimen
Sepesimen merupakan segala macam benda apa saja yang dianggap tercemar oleh
suatu penyakit hewan atau jasad renik penyebab penyakit hewan termasuk
bagian-bagian tubuh hewan atau berupa hewannya sendiri yang mati, sakit atau
tersangka sakit perlu dikirim secara cepat dengan memperhatikan ketentuan yang
diperlukan. Manfaat pengiriman spesimen pada lembaga yang secara profesional
berwenang misalnya Balitvet, BPPH atau laboratorium di beberapa perguruan
tinggi tidak hanya berarti terhadap diagnosa penyekit itu sendiri namun juga
untuk pengendalian penyakit secara lebih luas misalnya dalam ruang lingkup
epidemiologi.
Ø Dasar
pengumpulan spesimen adalah :
a.
Jenis spesimen yang dikirim tergantung pada jenis
penyakit sehingga organ yang dikirim juga spesifik khususnya organ atau
jaringan yang secara klinis mengalami perubahan.
b.
Spesimen dikirim dalam keadaan aseptik
menggunakan bahan yang ditetapkan sesuai prosedur atau peralatan yang telah
dicuci, dikeringkan dan disterilisasi.
c.
Botol diberi diberi identitas yang jelas dan
teknis pemeriksaan apa yang diinginkan.
d.
Botol spesimen disimpan dalam termos es dan (e)
selama proses pengambilan spesimen lakukan secara hati-hati khususnya terhadap
pencemaran.
Ø Ada beberapa
yang mempengaruhi seleksi pengiriman spesimen daintaranya yaitu: waktu, peralatan, teknik, transportasi,
dantidak kalah penting adanya form/ dokumen sepesimen.
Ø Pada prinsipnya bahan yang diperlukan, cara pengepakan, dan metode yang dikehendaki
harus disesuaikan dengan apakah spesimen tersebut untuk diperiksa secara
bakteriologik, virologik, mikologik, parasitologik, toksikologik, serologik dan
pemeriksaan histopatologik. Penyakit dan organ yang terserang biasanya spesifik
oleh karenanya pengiriman spesimen harus memperhatikan gejala klinis penyakit
dan jenis spesimen serta pengawetan yang digunakan.
2.2 Jenis dan Tujuan Pengambilan Specimen
2.2.1
Jenis
Pengambilan Specimen.
1.
secara probabilitas
Probabilitas atau random sampling merupakan jenis teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.
Probabilitas atau random sampling merupakan jenis teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.
Jenis Teknik sampling semacam ini dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.
secara rambang sederhana atau random sampling.
Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang
sederhana adalah dengan undian.
b.
secara sistematis (systematic sampling).
Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor
urut) yang kesekian dari daftar populasi.
c.
secara rambang proporsional (proporsional random
sampling). Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka
sample penelitian diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara
peng-ambilannya dapat dilakukan secara undian maupun sistematis.
d.
secara rambang bertingkat. Bila
subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama
seperti pada teknik sampling secara proportional.
e.
secara kluster (cluster sampling) Ada
kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin
dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas.
Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok
klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini
disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.
2. secara
nonprobabilitas.
Nonprobabilitas
adalah jenis teknik
pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau
menurut pertimbangan pakar. Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara
nonprobabilitas adalah sebagai berikut.
a.
Purposive sampling atau judgmental
sampling Penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan sample
yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan
peneliti.
b.
Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola
salju). Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama.
Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample
ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya
sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju.
c.
Quota sampling (penarikan sample secara jatah).
Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah
ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah
ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.
d.
Accidental sampling atau convenience sampling
Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan
terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia
bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel
semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.
2.2.2
Tujuan
Pengambilan Spesimen
Tujuan
pengambilan spesimen masalah &
menilai respon klien terhadap terapi yg dijalani
Spesimen & Perawat mengambil spesimen cairan tubuh, urine, sputum, feses, Spesimen cairan tubuh & darah.
Spesimen & Perawat mengambil spesimen cairan tubuh, urine, sputum, feses, Spesimen cairan tubuh & darah.
Ø Pemeriksaan
Urin
1.
Urine
Rutin
Urine pertama pada pagi hari karena konsentrasi urin lebih tinggi & pH-nya lebih asam. Urin yg diperlukan = 120 ml.Urin segera diambil karena kristal urin dan sel darah merah akan lisis jika dalam waktu lama. Klien bisa melakukannya sendiri.
Urine pertama pada pagi hari karena konsentrasi urin lebih tinggi & pH-nya lebih asam. Urin yg diperlukan = 120 ml.Urin segera diambil karena kristal urin dan sel darah merah akan lisis jika dalam waktu lama. Klien bisa melakukannya sendiri.
2.
Urin
Sewaktu
Pengambilan semua urin yang dikeluarkan dalam waktu tertentu (1 – 2 jam hingga 24 jam). Urin dibekukan & dimasukkan ke dalam wadah pengawet untuk mencegah kolonisasi bakteri. Tujuannya untuk menentukan kemampuan ginjal, menentukan gangguan gangguan metabolisme glukosa dan menentukan kadar tertentu dalam urine.
Pengambilan semua urin yang dikeluarkan dalam waktu tertentu (1 – 2 jam hingga 24 jam). Urin dibekukan & dimasukkan ke dalam wadah pengawet untuk mencegah kolonisasi bakteri. Tujuannya untuk menentukan kemampuan ginjal, menentukan gangguan gangguan metabolisme glukosa dan menentukan kadar tertentu dalam urine.
3.
Urin
Pancar Tengah
Untuk kultur urine (mengetahui mikroorganisme yang menginfeksi saluran kemih. Menentukan tipe organisme & antibiotik yg sensitif terhadap organisme. Urine dimasukkan ke wadah yg tertutup & steril. Urine yg dibutuhkan 30 – 60 ml. Pemeriksaan Feses
Tujuan:
Menentukan darah samar karena adanya ulkus, inflamasi dan tumor. Mengetahui adanya gangguan pd gastrointestinal. Mendeteksi telur & parasit Mendeteksi adanya virus & bakteri dengan kultur.
Untuk kultur urine (mengetahui mikroorganisme yang menginfeksi saluran kemih. Menentukan tipe organisme & antibiotik yg sensitif terhadap organisme. Urine dimasukkan ke wadah yg tertutup & steril. Urine yg dibutuhkan 30 – 60 ml. Pemeriksaan Feses
Tujuan:
Menentukan darah samar karena adanya ulkus, inflamasi dan tumor. Mengetahui adanya gangguan pd gastrointestinal. Mendeteksi telur & parasit Mendeteksi adanya virus & bakteri dengan kultur.
Ø Pemeriksaan
Spesimen Darah
Pada pemeriksaan spesimen darah, darah yg diambil adalah darah vena, darah kaliler & darah arteri.
Pada pemeriksaan spesimen darah, darah yg diambil adalah darah vena, darah kaliler & darah arteri.
1.
Darah
Vena
Untuk melakukan test diagnostik, Memberikan informasi sistem hematologi & sistem tubuh yg lain CBC (complete blood count), elektrolit serum, kimia darah.
Pengambilan darah dilakukan pada vena, Pada org muda kadang sulit karena kulit tebal sehingga sulit untuk ditusuk. Pada lansia juga sulit karena vena cenderung lari saat akan di tusuk dan bisa juga karena ada penebalan atau pengerasan vena akibat adanya aterosklerosis. Penusukan vena dilakuakn dengan sudut 15 o
Untuk melakukan test diagnostik, Memberikan informasi sistem hematologi & sistem tubuh yg lain CBC (complete blood count), elektrolit serum, kimia darah.
Pengambilan darah dilakukan pada vena, Pada org muda kadang sulit karena kulit tebal sehingga sulit untuk ditusuk. Pada lansia juga sulit karena vena cenderung lari saat akan di tusuk dan bisa juga karena ada penebalan atau pengerasan vena akibat adanya aterosklerosis. Penusukan vena dilakuakn dengan sudut 15 o
2.
Darah
Kapiler
Untuk pemeriksaan glukosa darah atau saat pengambilan darah vena gagal dilakukan di daun telinga & ujung jari tetesan pertama dibuang dgn kapas kering agar tdk bercampur alkohol.
Untuk pemeriksaan glukosa darah atau saat pengambilan darah vena gagal dilakukan di daun telinga & ujung jari tetesan pertama dibuang dgn kapas kering agar tdk bercampur alkohol.
3.
Darah
Arteri
Untuk pemeriksaan AGD, Untuk menngetahui status respirasi & status asam basah darah klien. Jika jarum mengenai arteri maka akan terlihat pulsasi darah mengisi spoit. Tanda-tanda okulasi arteri : Kesemutan, Pucat, Tidak ada denyut nadi.
Untuk pemeriksaan AGD, Untuk menngetahui status respirasi & status asam basah darah klien. Jika jarum mengenai arteri maka akan terlihat pulsasi darah mengisi spoit. Tanda-tanda okulasi arteri : Kesemutan, Pucat, Tidak ada denyut nadi.
2.3 HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGAMBILAN
SPECIMEN :
1.
PERSIAPAN PASIEN
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.
2. PERSIAPAN
PENGUMPULAN SPESIMEN
Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
·
Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan.
·
Volume mencukupi.
·
Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa,
tidak berubah warna, tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman).
·
Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat.
·
Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat.
·
Identitas benar sesuai dengan data pasien.
Sebelum
pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien
harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb)
disertai diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah
ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil spesimen.
Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.
Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.
a. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
·
bersih, kering.
·
tidak mengandung deterjen atau bahan kimia.
·
terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam
spesimen.
·
sekali pakai buang (disposable).
·
steril (terutama untuk kultur kuman)
·
tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat,
ukuran sesuai dengan volume spesimen.
b. Antikoagulan
Antikoagulan
adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis
antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang
diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.
c. Pemilihan
Lokasi Pengambilan Spesimen
Tentukan
lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan,
seperti :
·
Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median
cubiti, vena cephalic, atau vena basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada
jalur infus atau transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula, fistula.
·
Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis
(pergelangan tangan), arteri brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat
paha).
·
Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau
jari manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak
kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat.
·
Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari
tempat yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
d. Waktu
Pengambilan
Penentuan
waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan.
·
Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal).
·
Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian
antibiotik.
·
Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah
buang air yang terakhir.
·
Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam.
·
Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam.
·
Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari
setelah bangun tidur.
·
Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil
pada pagi hari dan setelah puasa 10-12 jam
3. PENGAMBILAN
SPESIMEN
Ø Hal-hal yang
harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :
1.
Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen
harus dilakukan dengan benar sesuai dengan standard operating procedure
(SOP) yang ada.
2.
Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.
o
Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai
kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari
bahaya infeksi.
o
Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam
posisi berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.
o
Memindahkan spesimen darah dari syringe harus
memperhatikan hal-hal seperti berikut :
§
Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah
sampling.
§
Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung
perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis.
§
Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas,
pemindahan sampel ke dalam media dilakukan dengan cara aseptik
§
Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang
ditambahkan tidak keliru.
§
Homogenisasi segera darah yang menggunakan
antikoagulan dengan lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras
agar tidak hemolisis.
o
Menampung spesimen urin
§
Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak
terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut
lebar
§
Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang
mula-mula keluar sebelum mengumpulkan urine untuk diperiksa.
§
Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara
pembersihan lebih sempurna :
§
Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian
membilasnya sampai bersih.
§
Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia
minora, lalu harus merenggangkannya pada waktu kencing.
§
Perempuan yang sedang menstruasi atau yang
mengeluarkan banyak secret vagina, sebaiknya memasukkan tampon sebelum
mengumpulkan specimen.
§
Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan
setelah spesimen didapat dan keterangan tentang pemeriksaan harus jelas
dicantumkan.
o
Menampung spesimen tinja
§
Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan.
Jika sangat diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan
colok dubur.
§
Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering,
tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, dapat ditutup rapat, dapat dibuka
dengan mudah dan bermulut lebar.
o
Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan
sekret bronkial dan bukan ludah atau sekret hidung.
§
Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi
oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk
pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang mengandung bercak lilin atau minyak,
sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan asam dan dapat
menyulitkan penafsiran.
§
Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta
berkumur dengan air, bila mungkin gosok gigi terlebih dulu. Bila memakai gigi
palsu, sebaiknya dilepas dulu.
§
Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri
tegak atau duduk tegak
§
Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 – 3 kali
kemudian keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali
sampai dahak keluar.
§
Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah
dengan cara mendekatkan wadah ke mulut.
§
Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat
pemeriksaan akan tampak kental purulen dengan volume cukup ( 3 – 5 ml )
§
Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi
dari udara dan secepatnya dikirim ke laboratorium.
Ø Sumber-sumber
kesalahan pada pengambilan spesimen darah :
1.
Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :
o
Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan
Mg2+ meningkat.
o
pH menurun, hemokonsentrasi.
o
PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan
tromboplastin jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2.
Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan
Mg2+ meningkat, sedangkan pH menurun
3.
Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk
kena) dapat menyebabkan :
o
trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT
memanjang.
o
kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat.
4.
Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :
o
natrium meningkat pada infus saline.
o
kalium meningkat pada infus KCl.
o
glukosa meningkat pada infus dextrose.
o
PPT, APTT memanjang pada infus heparine.
o
kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit,
trombosit, eritrosit menurun pada semua jenis infus.
5.
Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak
sempurna atau keterlambatan homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.
6.
Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+,
fosfat, aminotransferase, LDH, fosfatase asam total
4. IDENTIFIKASI
SPESIMEN
Pemberian
identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena
merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian
formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah
spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat
nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal pengambilan.
Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan.
Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium.
Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium.
5. PENGIRIMAN
SPESIMEN KE LABORATORIUM
Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium :
1. Sebelum
mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi
persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.
2. Apabila
spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
3. Pengiriman
spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan
bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
4. Secepatnya
spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium
dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan
terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi
sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :
o
Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka
lekosit, angka trombosit.
o
Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik
o
PPT / APTT memanjang.
o
Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.
o
Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.
o
Perkembangbiakan bakteri
o
Penundaan pengiriman sampel urine :
§
Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment),
terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam
waktu 2 jam.
§
Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap,
sehingga menyulitkan pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.
§
Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila
berkepanjangan terkena sinar matahari.
§
Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan
menyebabkan terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan pH.
§
Jamur akan berkembang biak
§
Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada,
zat-zat keton dapat menghilang.Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu
yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 – 8
oC paling lama 8 jam.
5.
Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya
berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam)
yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.
6. PENANGANAN
SPESIMEN
·
Identifikasi dan registrasi spesimen
·
Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan
infeksius
·
Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung
yang benar
·
Gunakan sentrifus yang terkalibrasi
·
Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam
tabung lain, tempeli label
·
Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan
7. PENYIMPANAN SPESIMEN
·
Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan
ditunda atau spesimen akan dikirim ke laboratorium lain.
·
Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan,
wadah dan stabilitasnya.
·
Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator.
·
Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus
dibolak-balik beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.
·
Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi /
pengulangan.
·
Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC,
suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.
·
Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen
plasma atau serum, maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian
disimpan.
·
Memberi bahan pengawet pada spesimen.
·
Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri
Ø Waktu
penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :
·
Kimia klinik :
1 minggu dalam referigerator.
·
Imunologi :
1 minggu dalam referigerator.
·
Hematologi :
2 hari pada suhu kamar.
·
Koagulasi :
1 hari dalam referigerator.
·
Toksikologi :
6 minggu dalam referigerator.
·
Blood grouping :
1 minggu dalam referigerator.
2.4 Persiapan dan pengambilan specimen.
Ø PERSIAPAN
DAN PENGAMBILAN SPESIMEN
1.
Pemeriksaan Darah
a. Tempat pengambilan darah untuk
berbagai macam pemeriksaan laboratorium :
o
Perifer
(pembuluh darah tepi).
o
Vena.
o
Arteri.
o
Pada
orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah.
o
Pada
bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit.
b. Bentuk pemeriksaan :
o
Jenis/golongan
darah.
o
HB.
o
Gula
darah.
o
Malaria.
o
Filaria,
dll.
c. Persiapan alat :
o
Lanset
darah atau jarum khusus.
o
Kapas
alcohol.
o
Kapas
kering.
o
Alat
pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan.
o
Bengkok.
o
Hand
scoon.
o
Perlak
dan pengalas
d. Prosedur kerja :
o
Mendekatkan
alat.
o
Memberitahu
klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur.
o
Memasang
perlak dan pengalas.
o
Memakai
hand scoon.
o
Mempersiapkan
bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan.
o
Kulit
dihapushamakan dengan kapas alcohol.
o
Bekas
tusukan ditekan dengan kapas alcohol.
o
Merapikan
alat.
o
Melepaskan
hand scoon.
2.
Pemeriksaan Urine
a. Kegunaan :
o
Menafsirkan
proses-proses metabolism.
o
Mengetahui
kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM).
b. Jenis pemeriksaan :
o
Urine
sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.
o
Urine
pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
o
Urine
pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah makan).
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah makan).
o
Urine
24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.
c. Persiapan alat :
o
Formulir
khusus untuk pemeriksaan urine.
o
Wadah
urine dengan tutupnya.
o
Hand
scoon.
o
Kertas
etiket.
o
Bengkok.
o
Buku
ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium
d. Prosedur tindakan :
o
Mencuci
tangan.
o
Mengisi
formulir.
o
Memberi
etiket pada wadah.
o
Memakai
hand scoon.
o
Menuangkan
100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat.
o
Menyesuaikan
data formulir dengan data pada etiket.
o
Menuliskan
data dari formulir ke dalam buku ekspedisi.
o
Meletakkan
wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup..
o
Membereskan
dan merapikan alat.
o
Melepas
hand scoon.
o
Mencuci
tangan.
2.5 Tehnik Pengambilan dan
Pengiriman Spesimen
Ø PENGAMBILAN SPESIMEN
Salah satu cara menanggulangi
penyakit infeksi adalah dengan menentukan penyebab dan kemudian memberi terapi
yang rasional berdasarkan hasil uji laboratorium. Dalam hal ini peranan
laboratorium sebagai penunjang diagnosis dan terapi penyakit infeksi menjadi
sangat penting .
Hasil pemeriksaan mikrobiologik
sangat tergantung oleh kualitas spesimen. Spesimen yang diperiksa di lab
Mikrobiologi sebagian besar merupakan klinik berkaitan dengan penyakit infeksi.
Kualitas specimen ditentukan oleh metoda pengambilan dan proses tranportasi ke
laboratorium. Hasil pemeriksaan mikrobiologik negatif tidak selalu berarti
bahwa diagnosis salah.
Kegagalan isolasi mikroorganisme penyebab infeksi sering
ditentukan oleh beberapa hal, antara lain :
o
Pengambilan
dan pengiriman spesimen yang tidak benar
o
Teknik
atau cara kerja di laboratorium uang tidak tepat
Pengambilan specimen atau bahan
pemeriksaan merupakan langkah awal yang sangat menentukan hasil pemeriksaan
dalam rangka memperoleh jawaban yang menentukan penyebab infeksi. Dapat terjadi
bahwa yang diisolasi bukan penyebab tetapi organisme flora normal sehingga akan
memberikan intreprestasi hasil laboratorium yang keliru dan menyebabkan langkah
terapi yang salah.
Hasil pemeriksaan laboratorium
mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara pengambilan, saat pengambilan dan
seleksi spesimen. Beberapa hal penting yang perlu dilakukan untuk memperoleh
hasil pemerisaan yang baik adalah :
1.
Bahan
pemeriksaan sedapat mungkin diambil dari lokasi yang paling besar
kemungkinannya mengandung penyebab infeksi pada stadium tertentu.
2.
Pada
lokasi tubuh yang pada keadaan normal mengandung flora normal, hasil
laboratorium positif sebaiknya dikorelasikan dengan keterangan klinik ,
sehingga mendapatkan suatu interpertasi yang bermakna.
3.
Hasil
laboratorium positif sangat bermakna bila diperoleh dari lokasi tubuh yang
dalam keadaan normal steril (cairan serebro – spinal darah, cairan pleura,
cairan).
Agar diperoleh kualitas spesimen yang baik, pengambilan
spesimen harus memenuhi beberapa kriteria tertentu.
ü Pedoman Umum
Spesimen yang diambil harus memiliki syarat sebagai brikut :
1. Representatif untuk proses infeksi :
Bahan pemeriksaan harus benar-benar
berasal dari tempat infeksi.
Misalnya:
o
bahan
pemeriksaan dari luka, sebaiknya diambil dari dasar luka dan dihindari kontak
dengan kulit sekitarnya sehingga tidak memungkinkan bagi kontaminasi oleh flora
kulit.
o
bahan
dari asbes diambil dengan cara aspirasi steril.
o
sebelum
dilakukan pengambilan urine, alat genital dibersihkan untuk menghindari
kontaminasi.
o
bahan
sputum harus benar-benar berasal dari saluran nafas bagian bawah, bukan hanya
berupa saliva.
2. Jumlah spesimen cukup untuk
memungkinkan pemeriksaan.
Misalnya :
o
bahan
dari pus dalam keadaan infeksi aktif, jumlahnya tidak perlu diperhatikan,
tetapi pada infeksi kronik jumlah bahan yang diambil sebaiknya agak banyak.
o
Bahan
berupa darah, jumlah nya harus cukup. Perbandingan volume darah dengan medium
cair adalah 1 :5 atau 1 :10.
o
Bahan
urine : sebaiknya diambil setelah penderita tidak berkemih sekurang-kurangnya 3
jam, sehingga diperoleh volume cukup untuk diambil.
3. Saat pengambilan perlu diperhatikan.
Pengambilan harus dilakukan pada stadium yang tepat, untuk ini perlu diketahui
riwayat penyakit penderita. Pada demam tifoid minggu pertama, bakteri akan
dapat ditemukan di darah. Sedangkan pada minggu ke 2 dan ke 3, tinja dan urine
biasanya positif. S. typhi akan ditemukan pada tinja dan urine selama fase akut
dari stadium diare.
4. Terhindar dari kemungkinan
kontaminasi baik dari alat, lingkungan, bagian tubuh lain, dan petugas
pengambil. Alat dan tempat spesimen harus steril dan sesuai. Misalnya
pengambilan urine atau sputum sebaiknya dengan pot bermulut lebar. Setelah
bahan ditampung hendaknya ditutup rapat dan dicegah adanya kebocoran untuk
menghindari kontaminasi dan pencemaran dari dan pada lingkungan.
5. Pengambilan spesimen dilakukan
sebelum pemberian terapi antibiotik. Perlu diperhatikan hal-hal sbb :
o
cairan
serebrospinal yang purulen, dalam waktu 24 jam setelah pemberian antibiotik
seringkali sudah tidak mengandung bakteri penyebab, misalkan Haemophilus
influenzae.
o
selama
pemberian terapi antibiotik pada penderita salmonelosis, dalam tinja penderita
tidak akan diketemukan S.typhi.
o
Bila
bahan yang diperiksa berasal dari pasien yang telah diterapi, sebaiknya klinisi
memberi catatan khusus, sehingga bisa dilakukan tindakan-tindakan tertentu.
Misalnya dapat diberikan Penisinase untuk merusak penisilin. Jadi pada
penderita yang telah diterapi bisa dilakukan pemeriksaan mikrobiologik.
6. Bahan pemeriksaan sebaiknya segera
dibawa ke laboratorium atau kalau diperlukan dapat pula digunakan media
transport yang sesuai, agar bisa diperiksa secepatnya.
ü Pedoman khusus
Dalam melakukan pengambilan spesimen klinik, perlu
diperhatikan beberapa hal khusus sesuai lokasi pengambilan :
1. Cara Pengambilan Darah
Darah biasanya diambil pada saat
demam tinggi, dari vena cubiti. Pertama-tama dilakukan palpasi untuk mencari
letak vena yang akan diambil. Sebelum pengambilan kulit sekitarnya diusap
dengan antiseptik, misalnya Jodium tincture 2%, atau alkhohol 80%. Setelah itu
tidak boleh dilakukan palpasi lagi, juga tidak boleh mengusap jarum suntik
dengan kapas alkohol.
o
Volume
pengambilan : 10-20 ml untuk dewasa
o
1-5
ml untuk anak- anak
Karena organisme pada bakteri jumlahnya kecil, sebaiknya
segera diinokulasikan kedalam media kultur setelah pengambilan.
Contoh media kultur darah yang digunakan:
o
Trypticase
Soy Broth, untuk kultur aerob
o
Brain
Heart Infusion, untuk kultur bakteri aerob atau anaerob
o
Thioglikolat
broth, untuk kultur anaerob
o
Gal
medium, untuk kultur Salmonella.
Dapat pula ditransport secara stril dalam tabung mengandung
SPS Interval pengambilan :
o
endocarditis
: 3 kali pengambilan (kultur) dalam 24 jam
o
bakterima : 3 kali pengambilan (kutur) dalam 24-48 jam
o
pasien
yg diberi antibiotik : 4-6 kali pengambilan dalam 48 jam.
2. Cara Pengambilan Tinja atau Usapan
Rektal
Tinja diambil dari bagian yang
diperkirakan banyak mengandung organisme penyebab (lendir atau darah),
ditampung pada tempat steril, harus segera dibawa ke laboratorim. Sedangkan
usapan rectal diambil dengan kapas lidi steril, diputar (360º) pada mukosa
rektal diambil dengan kedalaman 1-2 cm, kemudian dimasukkan media transport
bersama kapas lidi atau kedalam tabung kosong bertutup ulir steril, tutup
rapat, segera dikirim ke laboratorium. Sebaiknya tidak digunakan kertas toilet
dalam pengambilan/penampungan tinja, karena pada umumnya mengandung garam
bismuth yang dapat membunuh mikroorganisme.
3. Cara Pengambilan Urine
Bahan berupa urine dapat diambil
dengan berbagai teknik :
o
aspirasi
supra public
o
kateterisasi
o
urine
pancaran tengah (Mid Stream Urine)
Cara pertama dan kedua hanya
dilakukan oleh dokter dengan indikasi tertentu karena mengandung resiko, harus
dilakukan secara aseptik untuk menghindari infeksi. Volume urine minimal 10 ml
dan segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Seperti diketahui urine
adalah medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri, terutama bagi pemeriksaan
angka kuman harus segera diperiksa agar tidak terjadi pertumbuhan pesat sebelum
diperiksa. Apabila terpaksa bisa disinpan dalam almari pendingin selama 24 jam,
tetapi dianjurkan tidak lebih dari 8 jam.
4. Cara Pengambilan Dahak atau Sputum
Dahak yang diambil diusahakan tidak
tercemar oleh flora normal di rongga mulut, sebaiknya pasien diminta berkumur
sebelumnya dengan akuades steril, atau larutan garam fisiologis steril. Dahak
ditampung didalam pot steril, dengan cara batuk dalam-dalam, perlu kerjasama
dengan pasien. Segera mungkin ditanam dalam media perbenihan yang sesuai dengan
jenis pemeriksaan.
5. Cara Pengambilan Discharge Mukosa
Bahan dari mukosa diambil dengan
kapas lidi steril, bahan diambil dari : hidung, tenggorokan, mata, telinga,
lubang urogenital, luka.
6. Abses
Seleksi dan pengambilan yang adekuat
sangat berpengaruh pada hasil pemerisaan. Jika lesi luas atau terdapat beberapa
lesi, bahan diambil dari beberapa tempat. Sampel dari abses harus mengandung
pus dan bagian dari dinding abses. Sebelum pengambilan kulit dibersihkan dengan
larutan fisiologis steril.
7. Cara Pengambilan Cairan
Serebrospinal
Dilakukan dengan punksi lumbal oleh
seorang dokter ahli dengan memperhatikan aspek sterilitas alat dan teknik
pengambilan secara benar. Kuman pada bahan ini pada umumnya hanya bertahan
beberapa jam, sehingga harus segera dikirim ke laboratorium. Meningokokus
sangat rentan terhadap suhu rendah, sama sekali tidak dibenarkan menyimpan
bahan pemeriksaan ini pada almari pendingin.
Ø PENGIRIMAN SPESIMEN
Apabila bahan pemeriksaan diambil
diluar laboratorium seharusnya segera dikirim untuk diperiksa. Akan tetapi bila
tidak memungkinkan karena beberapa keadaan, dapat digunakan media transport
sebagai media yang mampu memberikan bahan pertumbuhan untuk mikroorganisme
tersangka, terutama bagi organisme yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan.
Kadang-kadang bahan pemeriksaan yang tidak memerlukan media transport karena
bahan tersebut telah mengandung bahan yang diperlukan bagi pertumbuhan
organisme tersangka. Pada saat pengiriman temperatur dan tempat pengiriman
harus diperhatikan. Adapun medium transport yang biasa digunakan adalah :
medium Carry & Blair, medium Stuart, medium Amies.
1. Pengiriman Darah
Setelah diperoleh darah harus segera
dikirim ke laboratorium karena kuman didalam darah akan dipengaruhi oleh
sel-sel dalam darah ataupun zat-zat yang ada dalam darah. Secara umum telah
direkomendasikan bahwa darah untuk perbenihan ditanam dalam perbenihan cair
dengan perbandingan 1 : 10 untuk membantu menetralkan efek bakterisidal karena
adanya antimikroba dalam (darah pada pasien yang telah diterapi) atau efek
komplemen dan fagosit.
Bila darah dikirim tanpa menggunakan
perbenihan cair seperti penjelasan dimuka, maka volume darah yang dikirim untuk
kepentingan isolasi adalah sebanyak 10-20 ml dengan menggunakan antikoagulan,
sebaiknya digunakan SPS (Sodium Polynethol Sulfonate) 0.05% atau 0.025 %.
Disamping sebagai antikoagulan, SPS merupakan antikomplemen dan antifagosit dan
dapat menetralkan efek anti mikroba. Suhu pengiriman supaya dipertahankan untuk
tidak lebih dari 37ºC, dan terhindar dari kekeringan.
2. Pengiriman Tinja
Tinja dapat dikirim tanpa medium
transport bila tidak terlalu lama. Apabila jarak pengiriman jauh sehingga
memerlukan waktu lebih dari 4 jam, maka perlu digunakan media transport yang
sekaligus merupakan medium selektif bagi jenis kuman tertentu. Medium transport
atau selektif ini berupa medium cair, misalknya : Air peptone alkali, Selenit
Broth, dsb. Perlu diperhatikan suhu dan hindarkan dari kekeringan.
3. Pengiriman urine
Urine dikirim tanpa medium transport
karena urine merupakan medium yang baik pertumbuhan kuman. Pengiriman bahan ini
harus dilakukan segera mungkin untuk menghindari perkembangan pesat organisme
tersangka, dalam waktu 1 jam organisme per ml akan menjadi berlipat ganda. Hal
ini perlu diperhatikan mengingat diagnosis bakteriuri didasarkan pada jumlah
kuman per ml urine. Suhu dan kekeringan harus diperhatikan.
4. Pengiriman Dahak
Dikirim tanpa medium transport,
tetapi harus segera.
5. Pengiriman discharge mukosa
Setelah diambil dengan kapas lidi
dapat dimasukkan dalam media transport, kapas lidi dimasukkan dalam tabung
media transport secara aseptic.
6. Pengiriman abses, jaringan, spesimen
drainage
Bahan
pemeriksaan dikirim dengan medium transport semisolid Sturt, Carry & Blair
(untuk kuman anaerob). Spesimen dari usapan (swab), sebaliknya dihindari, lebih
baik spesimen langsung. Bila terpaksa, swab harus merupakan sampel yang
mewakili bagian yang mengandung kuman penyebab.
7. Pengiriman Cairan Serebrospinal
Bahan ini dikirim tanpa medium
transport, tetapi harus sesegera mungkin dibawa ke laboratorium dalam waktu
kurang dari 1 jam. Segera ditanam pada medium perbenihan padat yang cocok.
2.6
Komplikasi Pengambilan Specimen dan
Cara Mencegahnya
1. Syncope
Syncope adalah keadaan dimana pasien
kehilangan kesadarannya beberapa saat/sementara waktu sebagai akibat menurunnya
tekanan darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat,
pengelihatan kabur/gelap, bahkan bisa sampai muntah. Hal ini biasanya terjadi
karena adanya perasaan takut atau akibat pasien puasa terlalu lama. Rasa takut
atau cemas bisa juga timbul karena kurang “percaya diri” Itulah sebabnya
mengapa perlu memberikan penjelasan kepada pasien tentang tujuan pengambilan
darah dan prosedur yang akan dialaminya. Penampilan dan prilaku seorang
Flebotomis juga bisa mempengaruhi keyakinan pasien sehingga timbul rasa curiga/was-was
ketika proses pengambilan darah akan dilaksanakan. Oleh sebab itu penampilan
dan prilaku seorang flebotomis harus sedemikian rupa sehingga tampak
berkompetensi dan Fropesional.
Ø Cara
mengatasi :
o Hentikan pengambilan
darah. Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satu sisi.
Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari posisi kepala).
o Longgarkan
baju yang sempit dan ikat pinggang. Minta pasien menarik nafas panjang.
o Hubungi
dokter, Pasien yang tidak sempat dibaringkan, diminta menundukan kepala
diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang.
Ø
Cara Pencegahan :
o Pasien
diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan.
o Pasien yang
akan dirawat syncope sebaiknya dianjurkan berbaring pada waktu pengambilan
darah.
o Kursi pasien
mempunyai sandaran dan tempat/sandaran tangan.
2.
Rasa Nyeri
Rasa nyeri
berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Nyeri bisa
timbul alibat alkohol yang belum kering atau akibat penarikan jarum yang terlalu
kuat.
Ø Cara
pencegahan :
o Setelah
disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mongering sebelum pengambilan
darah dilakukan.
o Penarikan
jarum tidak terlalu kuat.
o Penjelasan/
Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya (memberi contoh)
3. Hematoma
Hematoma dalah terkumpulnya massa
darah dalam jaringan (dalam Hal Flebotomi/jaringan dibawah kulit ) sebagai
akibat robeknya pembuluh darah. Faktor penyebab terletak pada teknik
pengambilan darah :
o Jarum
terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena
o Penusukan
jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada diluar vena.
o Setelah
pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau kurang lama ditekan.
o Pada waktu
jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet (tourniket) belum dikendurkan.
o Temapat penusukan
jarum terlalu dekat dengan tempat turniket.
Ø Cara
mengatasi :
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum segera :
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum segera :
o
Lepaskan turniket dan jarum.
o
Tekan tempat penusukan jarum dengan
kain kasa.
o
Angkat lenganpasien lebih tinggi
dari kepala (+- 15 menit).
o Kalau perlu
kompres untukmengurangi rasa nyeri
4. Pendarahan
Komplikasi pendarahan lebih sering
terjadi pada pengambilan darah alteri. Pengambilan darah kapiler lebih kurang
resikonya.Pendarahan yang berlebihan (sukar berhenti) terjadi karma terganggunya
system kouglasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena :
o Pasien
mengalami pengobatan dengan obat antikougulan sehinggamenghambat pembekuan
darah.
o Pasien
menderita gangguan pembekuan darah ( trombositopenia, defisiensi factor pembeku
darah (misalnya hemofilia).
o Pasien mengidap
penyakit hati yang berat (pembentukan protrombin, fibrinogen terganggu ).
Ø Cara
mengatasi :
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum segera :
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum segera :
o Lepaskan
turniket dan jarum.
o Tekan tempat
penusukan jarum dengan kain kasa.
o Angkat
lenganpasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit).
o Kalau perlu
kompres untukmengurangi rasa nyeri
5.
Allergi
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan
yang dipakai dalam flebotom, misalnya terhadap zat antiseptic/desinfektan,
latex yang ada pada sarung tangan, turniket atau plester. Gejala alergi bisa
ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis, radang selaput mata, kadang-kadang
bahkan bisa (shock).
Ø
Cara mengatasi :
o Tenangkan
pasien, beri penjelasan.
o Panggil
dokter atau perawat untuk penanganan selanjutnya
Ø Cara
pencegahan :
o Wawancara
apa ada riwayat allergi.
o Memakai
plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex
6.
Trombosis
Terjadi karena pengambilan darah
yang berulang kali ditempat yang sama sehingga menimbulkan kerusaka dan
peradangan setempat dan berakibat dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh
darah. Hal ini juga terlihat pada kelompok pengguna obat ( narcotics ) yang
memakai pembuluh darah vena.
Ø
Cara pencegahan :
o
Hindari pengambilan berulang
ditempat yang sama.
o
Pembinaan peninap narkotika.
7.
Radang
Tulang
Penyakit ini sering terjadi pada
bayi karena jarak kulit-tulang yangsempit dan pemakaian lanset yang berukuran
panjang
Ø
Cara mengatasi :
o
Mengatasi peradangan tulang
Ø
Cara Pencegahan :
o
Menggunakan lanset yang ukurannya
sesuai. Saat ini sudah dipasarkan lanset dalam berbagai ukuran disesuaikan
dengan kelompok usia. Setiap kejadian komplikasi harus dilaporkan kepada dokter
kepada dan dicatat dalam buku catatan tersendiri dengan mencantumkan identitas
pasien selengkapnya, tanggal dan jam kejadian, dan tindakan yang diberikan.
8.
Amnesia
Pada bayi, terutama bayi baru lahir dimana volume
darah sedikit, pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia. Selain itu pengambilan
darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang dapat menyebabkan selulitis,
abses, osteomielitis, jaringan parut dan nodulklasifikasi. Nodul klasifikasi
tersebut mula-mula tampak seperti lekukan yang
4-12 bulan kemudian akan menjadi nodul dan menghilang dalam 18-20 bulan.
4-12 bulan kemudian akan menjadi nodul dan menghilang dalam 18-20 bulan.
9.
Komplikasi
neuologis
Komplikasi neurologist dapat
bersifat local karena tertusuknya syaraf dilokasi penusukan, dan menimbulkan
keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Walaupun jarang, serangan kejang ( seizures) dapat pula terjadi.
Ø
Cara Penanganan :
o
Pasien yang mengalami serangan saat
pengambilan darah harus dilindungi dari perlukaan.
o
Hentikan pengambilan darah,
baringkan pasien dengan kepala miringkan ke satu sisi, bebaskan jalan nafas,
hindari agar lidahtidak tergigit.
o
Segera mungkin aktifkan perlengkapan
keselamatan, hubungi dokter.
o
Lakukan penekanan secukupnya di
daerah penusukan sambil membatasi pergerakan pasien.
2.7 Nilai-Nilai Laboratorium Normal
Setiap laboratorium menentukan nilai
“normal”, yang ditunjukkan pada kolom “Nilai Rujukan” atau “Nilai Norma” pada
laporan laboratorium. Nilai ini tergantung pada alat yang dipakai dan cara
pemakaiannya. Tidak ada standar nilai rujukan. nilai laboratorium lain dapat
berbeda. Jadi angka pada laporan kita harus dibandingkan dengan nilai rujukan
pada laporan, bukan dengan nilai rujukan pada lembaran ini.
Determination
|
Normal
Reference Value
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
Conventional
units
|
SI
units
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
Blood,
Plasma or Serum
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Ammonia
(NH3) – diffusion
|
20-120
mcg/dl
|
12-70
mcmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Ammonia
Nitrogen
|
15-45
µg/dl
|
11-32
µmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Amylase
|
35-118
IU/L
|
0.58-1.97
mckat/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Anion
gap (Na+-[Cl - + HCO3- ]) (P)
|
7-16
mEq/L
|
7-16
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Antithrombin
III (AT III)
|
80–120
U/dl
|
800–1200
U/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Bicarbonate
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Arterial
|
21–28
mEq/L
|
21–28
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Venous
|
22–29
mEq/L
|
22–29
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Bilirubin
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Conjugated
(direct) Total
|
£
0.2 mg/dl
& 0.1–1 mg/dl |
£
4 mcmol/L
& 2–18 mcmol/L |
||||||||||||||||||||||||||||||
Calcitonin
|
<
100 pg/ml
|
<
100 ng/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Calcium
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Total
|
8.6–10.3
mg/dl
|
2.2–2.74
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Ionized
|
4.4–5.1
mg/dl
|
1–1.3
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Carbon
dioxide content (plasma)
|
21–32
mmol/L
|
21–32
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Carcinoembryonic
antigen
|
<
3 ng/ml
|
<
3 mcg/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Chloride
|
95–110
mEq/L
|
95–110
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Coagulation
screen
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Bleeding
time
|
3–9.5
min
|
180–570
sec
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Prothrombin
time
|
10–13
sec
|
10–13
sec
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Partial
thromboplastin time (activated)
|
22–37
sec
|
22–37
sec
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Protein
C
|
0.7–1.4
µ/ml
|
700–1400
U/ml
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Protein
S
|
0.7–1.4
µ/ml
|
700–1400
U/ml
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Copper,
total
|
70–160
mcg/dl
|
11–25
mcmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Corticotropin
(ACTH adrenocorticotropic hormone) – 0800 hr
|
<
60 pg/ml
|
<
13.2 pmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Cortisol
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
0800
hr
|
5–30
mcg/dl
|
138–810
nmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
1800
hr
|
2–15
mcg/dl
|
50–410
nmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2000
hr
|
£
50% of 0800 hr
|
£
50% of 0800 hr
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Creatine
kinase
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Female
|
20–170
IU/L
|
0.33–2.83
mckat/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Male
|
30–220
IU/L
|
0.5–3.67
mckat/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Creatinine
kinase isoenzymes, MB fraction
|
0–12
IU/L
|
0–0.2
mckat/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Creatinine
|
0.5–1.7
mg/dl
|
44–150
mcmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Fibrinogen
(coagulation factor I)
|
150–360
mg/dl
|
1.5–3.6
g/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Follicle-stimulating
hormone (FSH)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Female
|
2–13
mlU/ml
|
2–13
IU/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Midcycle
|
5–22
mlU/ml
|
5–22
IU/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Male
|
1–8
mlU/ml
|
1–8
IU/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Glucose,
fasting
|
65–115
mg/dl
|
3.6–6.3
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Glucose
Tolerance Test (Oral)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
(g)
– Glutamyltransferase (GGT)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Male
|
9–50
units/L
|
9–50
units/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Female
|
8–40
units/L
|
8–40
units/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Haptoglobin
|
44–303
mg/dl
|
0.44–3.03
g/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Hematologic
Tests
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Fibrinogen
|
200–400
mg/dl
|
2–4
g/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Hematocrit
(Hct)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
female
|
36%-44.6%
|
0.36–0.446
fraction of 1
|
||||||||||||||||||||||||||||||
male
|
40.7%-50.3%
|
0.4–0.503
fraction of 1
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Hemoglobin
A 1C
|
5.3%-7.5%
of total Hgb
|
0.053–0.075
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Hemoglobin
(Hb)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
female
|
12.1–15.3
g/dl
|
121–153
g/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
male
|
13.8–17.5
g/dl
|
138–175
g/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Leukocyte
count (WBC)
|
3800–9800/mcl
|
3.8–9.8
x 109/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Erythrocyte
count (RBC)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
female
|
3.5–5
x 106/mcl
|
3.5–5
x 1012/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
male
|
4.3–5.9
x 106/mcl
|
4.3–5.9
x 1012/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Mean
corpuscular volume (MCV)
|
80–97.6
mcm3
|
80–97.6
fl
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Mean
corpuscular hemoglobin (MCH)
|
27–33
pg/cell
|
1.66–2.09
fmol/cell
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Mean
corpuscular hemoglobin concentrate (MCHC)
|
33–36
g/dl
|
20.3–22
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Erythrocyte
sedimentation rate (sedrate, ESR)
|
£30
mm/hr
|
£30
mm/hr
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Erythrocyte
enzymes
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Glucose-6
– Pphosphate dehydrognase (G-6-PD)
|
250–5000
units/106 cells
|
250–5000
mcunits/cell
|
Determination
|
Reference
Value
|
|||||||||||||||||||||||||
(Conventional
units)
|
(SI
units)
|
|||||||||||||||||||||||||
Blood,
Plasma or Serum:
Ammonia
(NH3) – diffusion
|
20–120
mcg/dl
|
12–70
mcmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Ammonia
Nitrogen
|
15–45
µg/dl
|
11–32
µmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Amylase
|
35–118
IU/L
|
0.58–1.97
mckat/L
|
||||||||||||||||||||||||
Anion
gap (Na+-[Cl - + HCO3-]) (P)
|
7–16
mEq/L
|
7–16
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Antithrombin
III (AT III)
|
80–120
U/dl
|
800–1200
U/L
|
||||||||||||||||||||||||
|
21–28
mEq/L
22–29 mEq/L |
21–28
mmol/L
22–29
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Bilirubin:
Conjugated (direct) Total
|
£
0.2 mg/dl
(0.1–1 mg/dl) |
£
4 mcmol/L
(2–18 mcmol/L) |
||||||||||||||||||||||||
Calcitonin
|
<
100 pg/ml
|
<
100 ng/L
|
||||||||||||||||||||||||
|
8.6–10.3
mg/dl
4.4–5.1
mg/dl
|
2.2–2.74
mmol/L
1–1.3
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Carbon
dioxide content (plasma)
|
21–32
mmol/L
|
21–32
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Carcinoembryonic
antigen
|
<
3 ng/ml
|
<
3 mcg/L
|
||||||||||||||||||||||||
Chloride
|
95–110
mEq/L
|
95–110
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Coagulation
screen:
Bleeding
time
Prothrombin time
Partial
thromboplastin time (activated)
Protein
C
Protein
S
|
3–9.5
min
10–13
sec
22–37
sec
0.7–1.4
µ/ml
0.7–1.4
µ/ml
|
180–570
sec
10–13
sec
22–37
sec
700–1400
U/ml
700–1400
U/ml
|
||||||||||||||||||||||||
Copper,
total
|
70–160
mcg/dl
|
11–25
mcmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Corticotropin
(ACTH adrenocorticotropic hormone) – 0800 hr |
<
60 pg/ml
|
<
13.2 pmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
|
5–30
mcg/dl
2–15 mcg/dl
£
50% of 0800 hr
|
138–810
nmol/L
50–410
nmol/L
£
50% of 0800 hr
|
||||||||||||||||||||||||
|
20–170
IU/L
30–220
IU/L
|
0.33–2.83
mckat/L
0.5–3.67 mckat/L |
||||||||||||||||||||||||
Creatinine
kinase isoenzymes, MB fraction
|
0–12
IU/L
|
0–0.2
mckat/L
|
||||||||||||||||||||||||
Creatinine
|
0.5–1.7
mg/dl
|
44–150
mcmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Fibrinogen
(coagulation factor I)
|
150–360
mg/dl
|
1.5–3.6
g/L
|
||||||||||||||||||||||||
Follicle-stimulating
hormone (FSH):
Female
Midcycle
Male
|
2–13
mlU/ml
5–22
mlU/ml
1–8 mlU/ml |
2–13
IU/L
5–22
IU/L
1–8
IU/L
|
||||||||||||||||||||||||
Glucose,
fasting
|
65–115
mg/dl
|
3.6–6.3
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Glucose
Tolerance Test (Oral)
Fasting
60
min
90 min
120
min
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
(g)
-Glutamyltransferase (GGT):
Male
Female
|
9–50
units/L
8–40 units/L |
9–50
units/L
8–40
units/L
|
||||||||||||||||||||||||
Haptoglobin
|
44–303
mg/dl
|
0.44–3.03
g/L
|
||||||||||||||||||||||||
Determination
|
Reference
Value
|
|||||||||||||||||||||||||
Conventional
units
|
SI
units
|
|||||||||||||||||||||||||
Hematologic
tests:
Fibrinogen
Hematocrit
(Hct),
female
male
Hemoglobin
A 1C
Hemoglobin
(Hb),
female
male
Leukocyte
count (WBC)
Erythrocyte count (RBC): female
male
Mean
corpuscular volume (MCV)
Mean
corpuscular hemoglobin
(MCH)
Mean
corpuscular hemoglobin
concentrate
(MCHC)
Erythrocyte
sedimentation rate
(sedrate,
ESR)
|
200–400
mg/dl
36%-44.6%
40.7%-50.3%
5.3%-7.5%
of total Hgb
12.1–15.3
g/dl
13.8–17.5
g/dl
3800–9800/mcl
3.5–5
x 106/mcl
4.3–5.9
x 106/mcl
80–97.6
mcm3
27–33
pg/cell
33–36
g/dl
£30
mm/hr
|
2–4
g/L
0.36–0.446
fraction of 1
0.4–0.503
fraction of 1
0.053–0.075
121–153
g/L
138–175
g/L
3.8–9.8
x 109/L
3.5–5
x 1012/L
4.3–5.9
x 1012/L
80–97.6
fl
1.66–2.09
fmol/cell
20.3–22
mmol/L
£
30 mm/hr
|
||||||||||||||||||||||||
Erythrocyte
enzymes:
Glucose-6
-
Pphosphate dehydrognase
(G-6-PD)
Ferritin
Folic
acid: normal
Platelet
count
Reticulocytes
Vitamin
B12
|
250–5000
units/106 cells
10–383
ng/ml
>3.1–12.4
ng/ml
150–450
x 103/mcl
0.5%-1.5%
of erythrocytes
223–1132
pg/ml
|
250–5000
mcunits/cell
23–862
pmol/L
7–28.1
nmol/L
150–450
x 109/L
0.005–0.015
165–835
pmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
|
30–160
mcg/dl
45–160
mcg/dl
|
5.4–31.3
mcmol/L
8.1–31.3
mcmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Iron
binding capacity
|
220–420
mcg/dl
|
39.4–75.2
mcmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Isocitrate
dehydrogenase
|
1.2–7
units/L
|
1.2–7
units/L
|
||||||||||||||||||||||||
Isoenzymes
Fraction
1
Fraction
2
Fraction
3
Fraction
4
Fraction
5
|
14%-26%
of total
29%-39%
of total
20%-26%
of total
8%-16%
of total
6%-16%
of total
|
0.14–0.26
fraction of total
0.29–0.39
fraction of total
0.20–0.26 fraction of total
0.08–0.16
fraction of total
0.06–0.16
fraction of total
|
||||||||||||||||||||||||
Lactate
dehydrogenase
|
100–250
IU/L
|
1.67–4.17
mckat/L
|
||||||||||||||||||||||||
Lactic
acid (lactate)
|
6–19
mg/dl
|
0.7–2.1
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Lead
|
£
50 mcg/dl
|
£
2.41 mcmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Lipase
|
10–150
units/L
|
10–150
units/L
|
||||||||||||||||||||||||
Lipids:
Total
Cholesterol
Desirable
Borderline-high
High
LDL
Desirable
Borderline-high
High
HDL
(low)
Triglycerides
Desirable
Borderline-high
High
Very
high
|
<
200 mg/dl
200–239
mg/dl
>
239 mg/dl
<
130 mg/dl
130–159
mg/dl
>
159 mg/dl
<
35 mg/dl
<
200 mg/dl
200–400
mg/dl
400–1000
mg/dl
>
1000 mg/dl
|
<
5.2 mmol/L
<
5.2–6.2 mmol/L
>
6.2 mmol/L
<
3.36 mmol/L
3.36–4.11
mmol/L
>
4.11 mmol/L
<
0.91 mmol/L
<
2.26 mmol/L
2.26–4.52
mmol/L
4.52–11.3
mmol/L
>
11.3 mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Magnesium
|
1.3–2.2
mEq/L
|
0.65–1.1
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Osmolality
|
280–300
mOsm/kg
|
280–300
mmol/kg
|
||||||||||||||||||||||||
Oxygen
saturation (arterial)
|
94%-100%
|
0.94
– fraction of 1
|
||||||||||||||||||||||||
PCO2,
arterial
|
35–45
mm Hg
|
4.7–6
kPa
|
||||||||||||||||||||||||
pH,
arterial
|
7.35–7.45
|
7.35–7.45
|
||||||||||||||||||||||||
Determination
|
Reference
Value
|
|||||||||||||||||||||||||
Conventional
units
|
SI
units
|
|||||||||||||||||||||||||
PO,
arterial: Breathing room air
On
100% O
|
80–105
mm Hg
>
500 mm Hg
|
10.6–14
kPa
|
||||||||||||||||||||||||
Phosphatase
(acid), total at 37°C
|
0.13–0.63
IU/L
|
2.2–10.5
IU/L or
2.2–10.5
mckat/L
|
||||||||||||||||||||||||
Phosphatase
alkaline
|
20–130
IU/L
|
20–130
IU/L or
0.33–2.17
mckat/L
|
||||||||||||||||||||||||
Phosphorus,
inorganic, (phosphate)
|
2.5–5
mg/dl
|
0.8–1.6
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Potassium
|
3.5–5
mEq/L
|
3.5–5
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Progesterone
Female
Follicular
phase
Luteal
phase
Male
|
0.1–1.5
ng/ml
0.1–1.5
ng/ml
2.5–28 ng/ml
<
0.5 ng/ml
|
0.32–4.8
nmol/L
0.32–4.8
nmol/L
8–89
nmol/L
<
1.6 nmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Prolactin
|
1.4–24.2
ng/ml
|
1.4–24.2
mcg/L
|
||||||||||||||||||||||||
Prostate
specific antigen
Protein: Total
Albumin
Globulin
|
0–4
ng/ml
6–8
g/dl
3.6–5
g/dl
2.3–3.5
g/dl
|
0–4
ng/ml
60–80 g/L
36–50
g/L
23–35
g/L
|
||||||||||||||||||||||||
Rheumatoid
factor
|
<
60 IU/ml
|
<
60 kIU/L
|
||||||||||||||||||||||||
Sodium
|
135–147
mEq/L
|
135–147
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Testosterone:
Female
Male
|
6–86
ng/dl
270–1070
ng/dl
|
0.21–3
nmol/L
9.3–37
nmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Thyroid
Hormone Function Tests:
Thyroid-stimulating
hormone (TSH)
Thyroxine-binding
globulin capacity
Total
triiodothyronine (T3)
Total
thyroxine by RIA (T4)
T3 resin uptake |
0.35–6.2
mcU/ml
10–26
mcg/dl
75–220
ng/dl
4–11
mcg/dl
25%-38% |
0.35–6.2
mU/L
100–260
mcg/L
1.2–3.4
nmol/L
51–142
nmol/L
0.25–0.38
fraction of 1
|
||||||||||||||||||||||||
Transaminase,
AST (aspartate aminotransferase, SGOT)
|
11–47
IU/L
|
0.18–0.78
mckat/L
|
||||||||||||||||||||||||
Transaminase,
ALT (alanine aminotransferase, SGPT)
|
7–53
IU/L
|
0.12–0.88
mckat/L
|
||||||||||||||||||||||||
Transferrin
|
220–400
mg/dL
|
2.20–4.00
g/L
|
||||||||||||||||||||||||
Urea
nitrogen (BUN)
|
8–25
mg/dl
|
2.9–8.9
mmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Uric
acid
|
3–8
mg/dl
|
179–476
mcmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Vitamin
A (retinol)
|
15–60
mcg/dl
|
0.52–2.09
mcmol/L
|
||||||||||||||||||||||||
Zinc
|
50–150
mcg/dl
|
7.7–23
mcmol/L
|
1 Tergantung
pada usia
2 Bayi
dan anak sampai 104 U/L
3 Bayi
usia 1 tahun sampai 6 mg/dl
Urine
|
||
Determination
|
Reference
Value
|
|
Conventional
units
|
SI
units
|
|
Calcium
|
50–250
mcg/day
|
1.25–6.25
mmol/day
|
Catecholamines:
Epinephrine
Norepinephrine
|
<
20 mcg/day
<
100 mcg/day
|
<
109 nmol/day
<
590 nmol/day
|
Catecholamines,
24-hr
|
<
110 µg
|
<
650 nmol
|
Copper
|
15–60
mcg/day
|
0.24–0.95
mcmol/day
|
Creatinine:
Child
Adolescent
Female
Male |
8–22
mg/kg
8–30
mg/kg
0.6–1.5
g/day
0.8–1.8
g/day
|
71–195
µmol/kg
71–265 µmol/kg
5.3–13.3
mmol/day
7.1–15.9
mmol/day
|
pH
|
4.5–8
|
4.5–8
|
Phosphate
|
0.9–1.3
g/day
|
29–42
mmol/day
|
Potassium
|
25–100
mEq/day
|
25–100
mmol/day
|
Protein
Total
At
rest
|
1–14
mg/dL
50–80
mg/day
|
10–140
mg/L
50–80
mg/day
|
Protein,
quantitative
|
<
150 mg/day
|
<
0.15 g/day
|
Sodium
|
100–250
mEq/day
|
100–250
mmol/day
|
Specific
gravity, random
|
1.002–1.030
|
1.002–1.030
|
Uric
acid, 24-hr
|
250–750
mg
|
1.48–4.43
mmol
|
1
Tergantung pada diet.
Drug
Levels
|
|||
Drug
Determination
|
Reference
Value
|
||
Conventional
units
|
SI
units
|
||
Aminoglycosides
|
Amikacin
(trough)
(peak)
|
1–8
mcg/ml
1.7–13.7
mcmol/L
|
20–30
mcg/ml
34–51 mcmol/L |
Gentamicin
(trough)
(peak)
|
0.5–2
mcg/ml
6–10
mcg/ml
|
1–4.2
mcmol/L
12.5–20.9
mcmol/L
|
|
Kanamycin
(trough)
(peak)
|
5–10
mcg/ml
20–25 mcg/ml |
nd
nd
|
|
Netilimicin
(trough)
(peak)
|
0.5–2
mcg/ml
6–10 mcg/ml |
nd
nd
|
|
Streptomycin
(trough)
(peak)
|
<
5 mcg/ml
5–20 mcg/ml |
nd
nd
|
|
Tobramycin
(trough)
(peak)
|
0.5–2
mcg/ml
5–20 mcg/ml |
1.1–4.3
mcmol/L
12.8–21.8
mcmol/L
|
|
Drug
Determination
|
Reference
Value
|
||
Conventional
units
|
SI
units
|
||
Antiarrhythmics
|
Amiodarone
|
0.5–2.5
mcg/ml
|
1.5–4
mcmol/L
|
Bretylium
|
0.5–1.5
mcg/ml
|
Nd
|
|
Digitoxin
|
9–25
mcg/L
|
11.8–32.8
nmol/L
|
|
Digoxin
|
0.8–2
ng/ml
|
0.9–2.5
nmol/L
|
|
Disopyramide
|
2–8
mcg/ml
|
6–18
mcmol/L
|
|
Flecainide
|
0.2–1
mcg/ml
|
Nd
|
|
Lidocaine
|
1.5–6
mcg/ml
|
4.5–21.5
mcmol/L
|
|
Mexiletine
|
0.5–2
mcg/ml
|
Nd
|
|
Procainamide
|
4–8
mcg/ml
|
17–34
mcmol/ml
|
|
Propranolol
|
50–200
ng/ml
|
190–770
nmol/L
|
|
Quinidine
|
2–6
mcg/ml
|
4.6–9.2
mcmol/L
|
|
Tocainide
|
4–10
mcg/ml
|
Nd
|
|
Verapamil
|
0.08–0.3
mcg/ml
|
Nd
|
|
Anticonvulsants
|
Carbamazepine
|
4–12
mcg/ml
|
17–51
mcmol/L
|
Phenobarbital
|
10–40
mcg/ml
|
43–172
mcmol/L
|
|
Phenytoin
|
10–20
mcg/ml
|
40–80
mcmol/L
|
|
Primidone
|
4–12
mcg/ml
|
18–55
mcmol/L
|
|
Valproic
Acid
|
40–100
mcg/ml
|
280–700
mcmol/L
|
|
Antidepressants
|
Amitriptyline
|
110–250
ng/ml
|
500–900
nmol/L
|
Amoxapine
|
200–500
ng/ml
|
Nd
|
|
Bupropion
|
25–100
ng/ml
|
Nd
|
|
Clomipramine
|
80–100
ng/ml
|
Nd
|
|
Desipramine
|
115–300
ng/ml
|
Nd
|
|
Doxepin
|
110–250
ng/ml
|
Nd
|
|
Imipramine
|
225–350
ng/ml
|
Nd
|
|
Maprotiline
|
200–300
ng/ml
|
Nd
|
|
Nortriptyline
|
50–150
ng/ml
|
Nd
|
|
Protriptyline
|
70–250
ng/ml
|
Nd
|
|
Trazodone
|
800–1600
ng/ml
|
Nd
|
|
Antipsychotics
|
Chlorpromazine
|
50–300
ng/ml
|
150–950
nmol/L
|
Fluphenazine
|
0.13–2.8
ng/ml
|
Nd
|
|
Haloperidol
|
5–20
ng/ml
|
Nd
|
|
Perphenazine
|
0.8–1.2
ng/ml
|
Nd
|
|
Thiothixene
|
2–57
ng/ml
|
Nd
|
|
Drug
Determination
|
Reference
Value
|
||
Conventional
units
|
SI
units
|
||
Miscellaneous
|
Amantadine
Amrinone
|
300
ng/ml
3.7
mcg/ml
|
nd
nd
|
Chloramphenicol
|
10–20
mcg/ml
|
31–62
mcmol/L
|
|
Cyclosporine
|
250–800
ng/ml
(whole
blood, RIA)
50–300 ng/ml (plasma, RIA) |
nd
nd
|
|
Ethanol
|
0
mg/dl
|
0
mmol/L
|
|
Hydralazine
|
100
ng/ml
|
nd
|
|
Lithium
|
0.6–1.2
mEq/L
|
0.6–1.2
mmol/L
|
|
Salicylate
|
100–300
mg/L
|
724–2172
mcmol/L
|
|
Sulfonamide
|
5–15
mg/dl
|
nd
|
|
Terbutaline
|
0.5–4.1
ng/ml
|
nd
|
|
Theophylline
|
10–20
mcg/ml
|
55–110
mcmol/L
|
|
Vancomycin
(trough)
(peak)
|
5–15
ng/ml
20–40 mcg/ml |
nd
nd
|
* Nilai yang diberikan secara umum dapat digunakan untuk
terapi tanpa terjadi efek toksik pada kebanyakan pasien, Namun pengecualian
juga tidak jarang terjadi.
1
nd = data tidak tersedia.
2
Metabolit N-desmethyl beserta turunannya.
3
Nilai 24 jam.
4
Toksik: 50–100 mg/dl (10.9–21.7 mmol/L).
Diambil dari The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, National
Institutes of Health.
Classification
of Blood Pressure *
|
|||
Category
|
Reference
value
|
||
Systolic
(mm Hg)
|
Diastolic
(mm Hg)
|
||
Optimal
|
<
120
|
and
|
<
80
|
Normal
|
<
130
|
and
|
<
85
|
High-normal
|
130–139
|
or
|
85–89
|
Hypertension
Stage
1
Stage
2
Stage
3
|
140–159
160–179
³
180
|
or
or
or
|
90–99
100–109
³
110
|
* Untuk dewasa berusia 18 atau lebih yang tidak dalam
pengobatan anti hipertensi dan tidak dalam kondisi akut. Ketika tekanan sistole
dan diastole masuk ke dalam kategori lain, maka kategori di atasnya harus
dipilih untuk menentukan klasifikasi status tekanan darah penderita. Sebagai
tambahan dalam menentukan stadium hipertensi, seorang praktisi medis harus
menentukan ada atau tidaknya penyakit pada target organ serta faktor resiko
lainnya.
1
Tekanan darah yang optimal terhadap resiko kardiovaskular adalah dibawah 120/88
m Hg. Namun demikian, nilai rendah yang tidak wajar harus dievaluasi untuk
menemukan kelainan klinis yang signifikan.
2
Berdasarkan atas pembacaan sebanyak 2 kali atau lebih pada pemeriksaan awal.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Spesimen merupakan sebagian dari
jenis atau seagian dari kelompok benda yang sama untuk di jadikan contoh.
Spesimen juga dikatakan sebagai benda sebenarnya. Jenis specimen bermacam
macam, ada yang hidup sesuai kenyataan di alam. Ada juga yang sudah diawetkan
atau yang biasa disebut herbarium.
Pengambilan spesimen merupakan
salah satu dari serangkaian proses yang dilakukan sebelum melakukan pemeriksan
laboratorium. Supaya spesimen memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses
pengambilan spesimen harus dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar.
Spesimen yang memenuhi syarat adalah : jenisnya sesuai dengan pemeriksaan yang
akan dilakukan, volumenya mencukupi untuk tiap jenis pemeriksaan, kondisinya
layak untuk diperiksa (segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, steril,
tidak menggumpal), antikoagulan yang digunakan sesuai, dan ditampung dalam
wadah yang memenuhi syarat.
Sampel
merupakan bagian dari populasi
yang ingin diteliti; dipandang sebagai suatu pendugaan
terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri.[1]
Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili
keseluruhan gejala
yang diamati.[2]
Ukuran
dan keragaman
sampel menjadi penentu baik tidaknya sampel yang diambil. Terdapat dua cara
pengambilan sampel, yaitu secara acak (random)/probabilita
dan tidak acak (non-random)/non-probabilita.
3.2 SARAN
Untuk mencapai tujuan pengambilan sampel, maka dapat dilakukan
secara acak dan objektif sedemikian rupa sehingga propabilitas setiap unit
sampel diketahui, sedangkan pengambilan sampel tanpa acak dilakukan sedemikian
rupa sehingga propabilitas setiap unit sampel tidak diketahui dan faktor
subjektif memegang peran penting. Oleh karena itu, pengambilan sampel tanpa
acak ini, walaupun dilakukan sedemikian rupa sehingga mempunyai tingkat
kewakilan yang tinggi, tetapi tidak dapat dievaluasi secara objektif.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko.2001.Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta:EGC
Hastono, Sutanto Priyo.2010.STATISTIKA KESEHATAN.Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
http://mistercela21.wordpress.com/2009/10/04/teknik-sampling/
http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/teknik-pengambilan-sampel.html#axzz28EVmJUY6
http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/cara-pengambilan-sampel-penelitian.html
Prihatini. 2002. KULIAH MIKROBIOLOGI PATOLOGI KLINIK :
penerbit Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unair RSUD DR Soetomo,
surabaya
Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium
Rakyat. Dian Rakyat. Bandung. 1992. Hal: 7-112. Patelki kaltim. Kompetensi
Profsional Flebotomi. [serial on internet] 6Juni 2010 [cited 21 Maret 2010].
Page available:http//patelkikaltim.blogspot.com/2010/06/kompetensi-profesional-flebotomi.html
Arief, Mansyur. Teknik Flebotomi
dan Antikoagulan. [serial on internet][cited 20 Maret 2010]. Page
available:http://www.scribd.com/doc/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar